Shutter speed atau kecepatan rana adalah berapa lamanya tirai shutter terbuka. Di masa fotografi masih menggunakan film seluloid, shutter speed diartikan sebagai lamanya film di-ekspose ke obyek yang difoto, konsep ini tetap sama hingga era kamera digital dimana shutter speed diartikan lamanya sensor merekam obyek yang akan diambil gambar. Penjelasan di bawah ini semoga dapat membantu kamu dalam memahami konsep Shutter Speed lebih dalam :
- Ukuran shutter speed adalah detik atau dalam beberapa kondisi bisa hingga sepersekian detik. Semakin besar pembagi maka kecepatan semakin tinggi. 1/100 berarti satu detik dibagi 100, yang berarti memiliki kecepatan 100 kali lipat dari 1 detik normal. Contoh seperti 1/2000 jauh lebih cepat jika dibandingkan dengan 1/200.
- Umumnya jumlah bilangan shutter speed yang tersedia di kamera berupa kelipatan. Seperti 1/500, 1/250, 1/125, 1/60, 1/15, 1/8 dan seterusnya.
- Jika bilangan shutter speed rendah (dibawah 1/60) sebaiknya menggunakan tripod atau fitur kekinian seperti image-stabilization (IS) yang ada pada lensa.
- Sebagian kamera digital saat ini telah menambahkan fitur yang memungkinkan user lebih mudah memotret dengan shutter speed yang sangat lambat. Diukur dengan satuan detik yang bulat, seperti 1 detik, 10 detik, 30 detik dan lain sebagainya. Fungsi fitur ini digunakan pada kondisi ruang atau situasi yang minim cahaya atau memang secara sengaja ingin merekam motion dari sebuah obyek. Ada juga fitur BULB yang memungkinkan seorang user untuk tetap membuka shutter selama yang dia mau.
- Dalam istilah fotografi dikenal yang namanya freeze atau membekukan pergerakan obyek yang bergerak ke dalam sebuah hasil foto. Untuk mendapatkan hasil foto freeze, kamu membutuhkan shutter speed yang cepat. Sebaliknya, untuk mendapatkan efek berbayang, kamu cukup merendahkan bilangan shutter speed-nya. Kecepatan rana tergantung pada pergerakan objek ketika dipotret serta bagaimana bayang blur yang ingin kamu hasilkan.
- Motion atau efek blur dari sebuah objek foto adakalanya memiliki kesan tertentu. Tentu kamu butuh tripod untuk menjaga agar kamera tidak terganggu oleh gerakan tidak perlu alias shaking. Contohnya sebuah mobil yang melaju akan lebih terasa feel-nya apabila ada efek motion blur di sekitarnya, untuk menunjukkan bahwa mobil sedang melaju dengan kecepatan tinggi. Atau kamu ingin mendokumentasikan nuansa keramaian lalu lintas kota menjadi sebuah garis cahaya yang saling melaju di malam hari, tentu akan berbeda kesan jika dibandingkan dengan foto nuansa mobil macet yang hanya berjajar di sepanjang jalanan kota.
- Satu hal yang harus diperhatikan adalah pemilihan rentang fokal pada lensa yang kamu gunakan. Semakin panjang rentang fokal, maka tingkat gangguan shaking juga semakin besar. Untuk menghindarinya, tentukan shutter speed yang lebih tinggi dari angka rentang fokal terjauh. Misal, untuk lensa tele yang memiliki ukuran rentang fokal terjauh 200 mm, maka shutter speed yang anda gunakan jangan lebih rendah dari 1/200, lebih aman minimal 1/250. Jika lensa fix 35mm pakailah shutter speed di angka 1/60 atau lebih tinggi lagi, boleh dibawahnya asal masih diatas angka rentang fokal lensa yang digunakan.
PENTINGNYA SHUTTER SPEED DALAM EXPOSURE
Dalam segitiga eksposure (selain shutter speed, masih ada ISO dan aperture), kamu tidak boleh begitu saja hanya menggunakan satu acuan shutter speed dalam memotret. Jepretan akan memberikan hasil foto yang baik, apabila kamu dapat menyeimbangkan pengaturan apperture pada lensa dan menentukan ISO level kepekaan cahaya pada sensor kamera. Semakin tinggi ISO semakin peka terhadap cahaya. Lebih jauh tentang apperture dan ISO akan kita bahas dalam artikel berikutnya.